Brasil sukses melalui misi pertama di Piala Dunia 2018 dengan baik. Namun bukan Neymar yang jadi aktor utama di balik sukses ini, melainkan Philippe Coutinho.
Brasil mampu menyudahi perjalanan di babak penyisihan grup E dengan status juara grup. Hasil ini jelas seperti bayangan dan harapan Tite serta pemain-pemain Selecao.
Brasil menjadi pemuncak klasemen dengan nilai tujuh poin, hasil imbang lawan Swiss dan dua kemenangan atas Kosta Rika dan Serbia.
Di balik kesuksesan Brasil, bukan Neymar yang layak dipuja sebagai bintang utama. Predikat itu lebih pantas disandang oleh Coutinho, si Pesulap.
Coutinho mampu menunjukkan daya magisnya dalam tiga laga yang dijalani oleh Brasil. Ia selalu tampil sebagai pembeda.
Pada laga lawan Swiss, Coutinho menunjukkan tendangan jarak jauh ciri khasnya yang membuat Brasil memimpin 1-0. Di laga kedua lawan Kosta Rika, Coutinho dengan jeli melihat situasi dan mampu mencetak gol pertama di masa injury time. Gol itu melepaskan tekanan berat yang ada di pundak Brasil karena gagal mencetak gol sepanjang laga.
Pembuktian terakhir Coutinho ada pada laga lawan Serbia. Di tengah situasi sulit, Coutinho mampu melihat pergerakan Paulinho. Coutinho mengirim umpan terukur yang kemudian berujung pada gol pertama Brasil.
Di saat Coutinho menunjukkan daya magisnya, Neymar justru lebih sering berfoya-foya terhadap peluang yang ada. Neymar dengan segala macam kelebihan teknik individunya, justru sering membuat Brasil tetap bertahan pada situasi sulit.
Pada laga lawan Serbia, Neymar beberapa kali punya kesempatan untuk mencetak gol namun ia gagal memanfaatkannya dengan baik. Neymar juga sering telat membuat keputusan saat menguasai bola, baik itu untuk mengoper atau melakukan tembakan, sehingga serangan Brasil sering patah dengan mudah oleh lawan.
Neymar memang sudah mencetak gol, namun gol Neymar adalah gol mudah karena bola sudah disajikan di depan matanya dalam kondisi gawang Kosta Rika sudah terbuka lebar.
Neymar adalah sosok yang bebas di lapangan, tak terikat, dan akan mengeluarkan kemampuan terbaiknya dengan perlakuan seperti itu. Namun dengan statusnya sebagai pemegang nomor 10 Brasil, Neymar belum membuktikan bahwa ia bisa jadi solusi saat Brasil menghadapi masa-masa sulit di tengah laga.
Mengapa Masih Percaya pada Gabriel Jesus?
Kontribusi Neymar di laga lawan Serbia adalah satu assist, namun itu bukan berasal dari permainan terbuka, melaikan melalui sepak pojok. Salah satu sebab terjadinya hal itu bukan lantaran faktor Neymar semata, melainkan juga kehadiran Gabriel Jesus di lini depan.
Jesus terus dipercaya oleh Tite untuk jadi ujung tombak Selecao di tiga laga babak penyisihan. Namun Jesus sejauh ini belum bisa mencetak gol. Kecepatannya sebagai striker kemudian menjadi sia-sia karena penyelesaian akhir dan insting gol Jesus sejauh ini belum memuaskan.
Tite tidak berani berjudi untuk memainkan Roberto Firmino di laga terakhir melawan Serbia. Padahal laga terakhir babak penyisihan itu bisa jadi tempat yang tepat bagi Tite untuk melihat komposisi terbaik sebelum berjuang di fase knock out.
Dengan adanya Jesus di depan, proses rotasi Neymar dengan Jesus tidak lancar. Neymar malah jadi terlihat memaksakan diri setiap kali ia melakukan drive dan tusukan ke area tengah pertahanan lawan.
Firmino sangat layak untuk dicoba pada posisi penyerang tengah. Di Liverpool, Firmino kompak berduet dengan Sadio Mane dan Mohammed Salah. Tipikal Mane dan Salah punya kemiripan dengan Neymar dan Willian sebagai penyerang sayap Brasil. Postur tubuh Firmino yang lebih besar juga memungkinkannya untuk menahan bola dan memainkan umpan-umpan pendek saat di area pertahanan lawan saat Brasil membutuhkannya.
Dengan hasil nihil gol dari tiga laga, Tite seharusnya sudah punya alasan untuk membiarkan Jesus duduk di bangku cadangan dan mempercayakan lini depan pada Firmino.
Jerman Hilang, Meksiko Datang
Brasil hanya kebobolan satu gol di babak penyisihan namun hal itu tak lantas membuat lini belakang Brasil pantas bertepuk dada dalam persiapan menghadapi babak 16 besar.
Pada laga lawan Serbia, Alisson Becker melakukan blunder yang membuat Serbia nyaris menyamakan kedudukan. Koordinasi antar pemain belakang juga mutlak ditingkatkan.
Bila saja pemain-pemain Serbia lebih tenang di kotak penalti Brasil, seharusnya mereka setidaknya mendapatkan satu gol dari laga tersebut.
Brasil sendiri terhindar dari mimpi buruk berupa duel lawan Jerman di babak 16 besar Piala Dunia 2018. Skenario itu sempat mengemuka dan bakal jadi kenyataan bila Jerman bisa menang di laga terakhir. Namun ternyata, Jerman justru kalah di tangan Korea Selatan.
Lawan yang ada di hadapan Brasil saat ini adalah Meksiko. Brasil jelas dapat keuntungan besar dengan pertemuan ini.
Kondisi Meksiko sedang tak bagus karena mereka dihajar Swedia 0-3 di laga terakhir grup F. Brasil pasti bakal mempelajari habis-habisan video rekaman tersebut untuk menemukan kelemahan Meksiko.
Namun Meksiko pasti akan menampilkan strategi yang berbeda. Di laga lawan Brasil, hampir pasti Meksiko akan bermain bertahan, seperti halnya saat mereka menang 1-0 atas Jerman.
Brasil akan kembali menghadapi ujian seperti halnya saat mereka menghadapi Kosta Rika. Saat itu Brasil nyaris gagal lulus ujian sebelum akhirnya dua gol datang di masa injury time.
Peran Neymar sebagai bintang utama Brasil jelas diharapkan bisa terlihat di laga nanti. Namun bila itu tak terjadi, menarik untuk melihat kembali pembuktian Coutinho seperti yang ia tunjukkan di babak penyisihan.
Saat Coutinho menunjukkan bahwa dirinya yang lebih layak menyandang kostum nomor 10 dan menjadi motor Brasil di Piala Dunia kali ini.
sumber : cnnindonesia.com